ETIKA HUTANG
A. HATI-HATI DENGAN HUTANG
Dulu Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam sering berdoa di shalatnya:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ
بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَفِتْنَةِ الْمَمَاتِ، اللَّهُم
إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ
“Ya
Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari azab kubur, dari fitnah
Al-Masiih Ad-Dajjaal dan dari fitnah kehidupan dan fitnah kematian. Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung
kepadamu dari hal-hal yang menyebabkan dosa dan dari berhutang“
Berkatalah
seseorang kepada beliau:
مَا أَكْثَرَ
مَا تَسْتَعِيذُ مِنَ الْمَغْرَمِ؟
“Betapa
sering engkau berlindung dari hutang?”
Beliau pun
menjawab:
إِنَّ
الرجُلَ إِذَا غَرِمَ، حَدَّثَ فَكَذَبَ وَوَعَدَ فَأَخْلَفَ
“Sesungguhnya
seseorang yang (biasa) berhutang, jika dia berbicara maka dia berdusta, jika
dia berjanji maka dia mengingkarinya” (HR Al-Bukhaari no. 832 dan Muslim
no. 1325/589)
Beliau
bersabda:
مَنْ فَارَقَ
الرّوحُ الْجَسَدَ وَهُوَ بَرِىءٌ مِنْ ثَلاَثٍ دَخَلَ الْجَنَّةَ مِنَ الْكِبْرِ
وَالْغُلُولِ وَالدَّيْنِ
“Barangsiapa
yang rohnya berpisah dari jasadnya dalam keadaan terbebas dari tiga hal,
niscaya masuk surga: (pertama) bebas dari sombong, (kedua) dari khianat, dan
(ketiga) dari tanggungan hutang.” (HR. Ibnu Majah II/806 no: 2412, dan
At-Tirmidzi IV/138 no: 1573.)
Dari Abu
Hurairah Rasulullah bersabda:
نَفْسُ
الْمُؤْمِنِ مُعَلَّقَةٌ بِدَيْنِهِ حَتَّى يُقْضَى عَنْه
“Jiwa orang
mukmin bergantung pada hutangnya hingga dilunasi.” (HR. Ibnu Majah II/806
no.2413)
Dari Ibnu Umar
bahwa Rasulullah bersabda:
مَنْ
مَاتَ وَعَلَيْهِ دِينَارٌ أَوْ دِرْهَمٌ قُضِىَ مِنْ حَسَنَاتِهِ لَيْسَ ثَمَّ
دِينَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ
“Barangsiapa
meninggal dunia dalam keadaan menanggung hutang satu Dinar atau satu Dirham,
maka dibayarilah (dengan diambilkan) dari kebaikannya; karena di sana tidak ada
lagi Dinar dan tidak (pula) Dirham.” (HR. Ibnu Majah II/807 no: 2414.)
B. BEBERAPA ADAB ISLAMI DALAM HUTANG PIUTANG
Bagaimana Islam mengatur berhutang-piutang yang
membawa pelakunya ke surga dan menghindarkan dari api neraka? Perhatikanlah
adab-adabnya di bawah ini:
1. Hutang piutang harus ditulis dan
dipersaksikan.
Dalilnya
firman Allah
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا تَدَايَنْتُمْ بِدَيْنٍ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى
فَاكْتُبُوهُ
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya….dst (QS. Al-Baqarah: 282)
2. Pemberi hutang atau pinjaman tidak boleh
mengambil keuntungan atau manfaat dari orang yang berhutang.
Kaidah fikih berbunyi:
كُلُّ قَرْضٍ جَرَّ نَفْعًا فَهُوَ رِبًا
“Setiap hutang yang
membawa keuntungan, maka hukumnya riba”
Hal ini terjadi jika salah satunya mensyaratkan
atau menjanjikan penambahan.
Diantara pelaku riba adalah PARA RENTERNIR.
Hendaknya mereka Takut pada Adzab Allah, dan segera bertaubat dengan taubat
nasuha atas dosa besar yang mereka lakukan,
عن عبد الله : عن النبي صلى الله عليه و سلم قال : الربا ثلاثة
و سبعون بابا أيسرها مثل أن ينكح الرجل أمه
Dari
Abdullah bin Mas’ud, Nabi bersabda, “Riba itu memiliki 73 pintu. Dosa riba
yang paling ringan itu semisal dosa menyetubuhi ibu sendiri” [HR Hakim no
2259, shahih].
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ حَنْظَلَةَ غَسِيلِ الْمَلاَئِكَةِ
قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « دِرْهَمُ رِباً
يَأْكُلُهُ الرَّجُلُ وَهُوَ يَعْلَمُ أَشَدُّ مِنْ سِتَّةٍ وَثَلاَثِينَ زَنْيَةً »
Dari
Abdullah bin Hanzhalah, Rasulullah bersabda, “Satu dirham uang riba yang
dinikmati seseorang dalam keadaan tahu bahwa itu riba dosanya lebih jelek dari
pada berzina 36 kali” [HR Ahmad no 22007)
3. Melunasi hutang dengan cara yang baik
Hal ini sebagaimana hadits berikut ini:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – قَالَ
كَانَ لِرَجُلٍ عَلَى النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – سِنٌّ مِنَ الإِبِلِ
فَجَاءَهُ يَتَقَاضَاهُ فَقَالَ – صلى الله عليه وسلم – « أَعْطُوهُ » .
فَطَلَبُوا سِنَّهُ ، فَلَمْ يَجِدُوا لَهُ إِلاَّ سِنًّا فَوْقَهَا . فَقَالَ : أَعْطُوهُ » . فَقَالَ أَوْفَيْتَنِى ، وَفَّى
اللَّهُ بِكَ . قَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم –إِنَّ خِيَارَكُمْ
أَحْسَنُكُمْ قَضَاءً
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: “Nabi mempunyai hutang
kepada seseorang, (yaitu) seekor unta dengan usia tertentu.orang itupun datang
menagihnya. (Maka) beliaupun berkata, “Berikan kepadanya” kemudian mereka
mencari yang seusia dengan untanya, akan tetapi mereka tidak menemukan kecuali
yang lebih berumur dari untanya. Nabi (pun) berkata : “Berikan kepadanya”, Dia
pun menjawab, “Engkau telah menunaikannya dengan lebih. Semoga Allah membalas
dengan setimpal”. Maka Nabi SAW bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah orang
yang paling baik dalam pengembalian (hutang)”.( HR. Bukhari,
kitab Al-Wakalah, no. 2305)
وعَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ
أَتَيْتُ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – وَهُوَ فِى الْمَسْجِدِ – وَكَانَ لِى
عَلَيْهِ دَيْنٌ فَقَضَانِى وَزَادَنِى
Dari Jabir bin Abdullah t ia berkata: “Aku mendatangi Nabi SAW
di masjid, sedangkan beliau mempunyai hutang kepadaku, lalu beliau membayarnya
dam menambahkannya”. (HR. Bukhari)
4. Berhutang dengan niat baik dan akan
melunasinya
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – عَنِ
النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ « مَنْ أَخَذَ أَمْوَالَ النَّاسِ
يُرِيدُ أَدَاءَهَا أَدَّى اللَّهُ عَنْهُ ، وَمَنْ أَخَذَ يُرِيدُ إِتْلاَفَهَا
أَتْلَفَهُ اللَّهُ
Dari Abu Hurairah ia berkata bahwa Nabi bersabda: “Barangsiapa yang mengambil harta
orang lain (berhutang) dengan tujuan untuk membayarnya akan tunaikan untuknya I(mengembalikannya),
maka Allah mengambilnya. Dan barangsiapa
untuk menghabiskannya (tidak melunasinya, pent), maka akan membinasakannya”. Allah (HR.
Bukhari, II/841)
5. Jika terjadi keterlambatan karena kesulitan
keuangan, hendaklah orang yang berhutang memberitahukan kepada orang yang
memberikan pinjaman.
Karena
hal ini termasuk bagian dari menunaikan hak yang menghutangkan. Janganlah
berdiam diri atau lari dari si pemberi pinjaman, karena akan memperparah
keadaan, dan merubah hutang, yang awalnya sebagai wujud kasih sayang, berubah
menjadi permusuhan dan perpecahan.
6. Menggunakan uang pinjaman dengan sebaik
mungkin. Menyadari, bahwa pinjaman merupakan amanah yang harus dia kembalikan.
عَنْ سَمُرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه
وسلم- قَالَ « عَلَى الْيَدِ مَا أَخَذَتْ حَتَّى تُؤَدِّىَ
Rasulullah SAW bersabda: “Tangan bertanggung jawab atas
semua yang diambilnya, hingga dia menunaikannya”. (HR. Abu Dawud, Tirmidzi
dan selainnya).
7. Bersegera melunasi hutang
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ « مَطْلُ الْغَنِىِّ ظُلْمٌ ،
فَإِذَا أُتْبِعَ أَحَدُكُمْ عَلَى مَلِىٍّ فَلْيَتْبَعْ
“Menunda (pembayaran) bagi orang yang mampu merupakan
suatu kezhaliman”. (HR. Bukhari no. 2400, ini lafadz Abu Dawud)
8. Memberikan Penangguhan waktu kepada orang
yang sedang kesulitan dalam melunasi hutangnya setelah jatuh tempo
Allah berfirman:
وَإِنْ كَانَ ذُو عُسْرَةٍ فَنَظِرَةٌ إِلَى
مَيْسَرَةٍ وَأَنْ تَصَدَّقُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, Maka
berilah tangguh sampai dia berkelapangan. dan menyedekahkan (sebagian atau
semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 280).
-Semoga
Bermanfaat-