Oleh : Ustadz Kholid Syamhudi. Lc
Allah memberikan nikmatNya tidak sama pada semua hambaNya, ada yang
diberi banyak dan ada yang sedikit. Semua itu untuk menguji para
hambaNya dalam kehidupan dunia ini. Ujian ini bagaikan api membersihkan
dan memisahkan emas dari campurannya. Sehingga dengan ujian ini dapat
terlihat mana yang benar-benar beriman dan yang tidak. Oleh karena itu
jangan sampai kita kalah dalam ujian tersebut.
Adam vs Iblis
Karena perbedaan inilah, sering timbul sifat-sifat jelek hamba Allah
terhadap yang lainnya. Lihat awal perseteruan Adam dan iblis, ketika
Iblis melanggar perintah Allah untuk sujud kepada Adam disebabkan
perasaan hasadnya terhadap Adam. Ia merasa Allah tidak adil dalam
perintah tersebut, bagaimana tidak? –menurut Iblis-. Ia yang lebih baik
dan pantas dari Adam mendapat kemuliaan tersebut, kok malahan diminta
sujud padanya, sampai ia mengatakan:
:”Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah”. (QS. 7:12)
Perseteruan itu ada disebabkan hasad kepada Adam yang telah Allah
muliakan. Akibatnya Allah kutuk Iblis dan menjadikannya musuh anak Adam
sampai hari kiamat.
Demikian juga permusuhan orang kafir terhadap kaum mukminin, sehingga
mereka mengerahkan segala kekuatan dan daya upaya untuk menjauhkan kaum
mukmin dari keimanan, sebagaimana
dijelaskan Allah dalam firmanNya:
Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat
mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki
yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka
kebenaran. Maka ma’afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah
mendatangkan perintah-Nya. Sesungguh-Nya Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu. (QS. 2:109)
Apa itu Hasad?
Hasad atau dengki adalah sifat seseorang yang tidak suka orang lain
lebih darinya atau tidak suka orang lain mendapatkan kenikmatan Allah
baik dengan keinginan kenikmatan tersebut hilang darinya atau tidak,
bila disertai perasaan ingin menghancurkan milik orang lain maka ini
merupakan hasad tingkat tinggi dan paling jelek, seperti hasadnya Iblis
kepada Adam.
Sifat hasad ini dapat digambarkan dengan contoh, misalnya tetangga
kita memiliki kelebihan harta benda, atau anak atau istri yang cantik
jelita atau memiliki kedudukan dan nama baik dimasyarakat, lalu kita iri
dan dengki kepadanya, baik berusaha jelek merusaknya ataupun tidak.
Sifat hasad ini dapat membuat orang berbuat zhålim kepada tetangganya,
bahkan juga ngosipin dan menjelek-jelekkannya didepan orang lain. Tentu
ini akan menjadikan suasana bermasarakat yang tidak kondusif dan buruk
sekali.
10 Bahaya Hasad
Hasad sangat berbahaya sekali, diantara bahayanya adalah:
a. Hasad merupakan sifat orang yahudi yang Allah laknat
Sehingga siapa yang memilikinya berarti telah menyerupai mereka. Allah berfirman tentang hal ini, yang artinya:
Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang
Allah telah berikan kepadanya Sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab
dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya
kerajaan yang besar. (QS. 4:54)
b. Orang yang memiliki sifat hasad tidak dapat menyempurnakan imannya.
Sebab ia tidak akan dapat mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri. Padahal Rasululloh bersabda, yang artinya:
Tidak sempurna iman salah seorang kalian sampai cinta untuk saudaranya seperti cinta untuk dirinya. (Muttafaqun Alaihi)
Bahkan lebih dari itu orang yang hasad sangat bahagia dan senang bila saudaranya celaka dan binasa.
c. Ada dalam sifat hasad ini ketidak sukaan terhadap taqdir yang Allah berikan kepadanya.
Sebab siapa yang memberikan nikmat kepada orang lain tersebut? Tentu
saja Allah. Seakan-akan ia ingin ikut berperan aktif dalam penentuan
takdir Allah dengan merasa bahwa ia lebih pantas mendapatkan nikmat
tersebut dari orang lain.
d. Setiap orang lain mendapatkan kenikmatan, semakin besar dan kuat api hasad dalam dirinya.
Sehingga ia selalu penasaran dan duka serta hatinya terbakar api hasad tersebut.
e. menimbulkan sekap egois yang tinggi dan tidak menyukai kebaikan pada orang lain
f. Hasad memakan dan melumat kebaikan yang dimilikinya sebagaimana api memakan dan melumat kayu bakar yang kering.
Ini yang dinyatakan dalam satu riwayat:
Jauhkanlah (oleh kalian) dengki (hasad) karena ia akan memakan
kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar (HR. Abu daud)[1]
g. Menyusahkan diri sendiri sebab ia tidak mampu merubah sedikitpun takdir Allah.
Allah telah memberikan nikmat pada orang lain dan tidak akan tercegah
dan terhalangi oleh ulah orang yang hasad tersebut. Walaupun ia telah
berusaha dengan mencurahkan seluruh kesungguhan dan kemampuannya tidak
akan mungkin merubah takdir Allah yang sudah ditetapkan. Sehingga semua
usahanya hanyalah sia-sia belaka.
h. Hasad mencegah pemiliknya dari berbuat amal kebaikan dan kemanfaatan.
Hal ini karena ia selalu sibuk dengan memikirkan dan melihat milik
orang lain sehingga seluruh hidupnya hanya untuk memikirkan bagaimana
datangnya kenikmatan pada orang lain dan bagaimana cara
menghilangkannya.
i. Hasad dapat memecah persatuan, kesatuan dan persaudaraan kaum muslimin.
Memang demikian, karena itulah Rasululloh bersabda:
Janganlah saling hasad dan berbuat najasy dan janganlah saling
bermusuhan serta saling mendiamkan dan jadilah kalian bersaudara.
(riwayat Muslim)
j. (Orang yang sering hasad membuat) Hidupnya tidak pernah tenang dan tentram, apalagi bahagia.
Orang yang hasad selalu dalam keadaan gundah gulana dan resah melihat
orang lain lebih darinya. Padahal mesti ada orang lain yang memiliki
kelebihan darinya.
Oleh karena itu, Rasululloh melarang kita melakukan perbuatan hasad
ini. Alangkah mengerikan bahaya dan kerusakan yang timbul dari dengki
(hasad) ini. Oleh karena itu marilah kita berusaha menanggalkan dan
menghilangkannya dari diri kita.
k. Kiat menghindari dan mencegah sifat Hasad.
Setelah mengetahui bahayanya, tentunya kita harus berusaha
menghindari dan manjauhkan diri dari sifat yang satu ini. Untuk itu
perlu melihat kiat-kiat berikut ini:
i. Belajar dan memahami aqidah islam yang benar, baik tentang keimanan ataupun syari’at serta nmengamalkannya.
Kebenaran aqidah merupakan sumber segala perbaikan dan kebaikan. Hal
ini dilakukan dengan terus senantiasa menggali isi kandungan Al Qur’an
dan Hadits.
ii. Memahami dengan benar konsep takdir menurut syari’at Islam
Sehingga kita faham bahwa segala kenikmatan dan rizqi serta yang
lainnya tidak lepas dari ketentuan takdir Allah. Dengan memahami ini
diharapkan tidak timbul dalam diri kita rasa iri dan dengki terhadap
orang lain, karena tahu itu semua tidak lepas dari ketetapan takdir
Allah.
iii. Meyakini dengan benar dan kokoh bahwa semua kenikmatan
tersebut berasal dari Allah dan diberikan kepada setiap orang sesuai
dengan hikmah yang diinginkanNya.
Sebab tidak semua kenikmatan yang Allah berikan kepada orang lain itu baik untuknya.
iv. Membersihkan hati dengan berusaha mengamalkan seluruh syari’at islam.
v. Memandang dunia dengan segala perhiasannya sebagai sesuatu
yang akan punah dengan cepat dan sesuatu yang tidak seberapa dibanding
akherat.
Demikian juga memandang tujuan akhir kehidupannya adalah akherat yang kekal abadi.
Sebagaimana firman Allah, yang artinya:
Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air
(hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya
karena air itu tanam-tanaman di bumi, di antaranya ada yang dimakan
manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna
keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya
mengira bahwa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datanglah kepadanya
azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan
(tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan
belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda
kekuasaan (Kami) kepada orang-orang yang berfikir. Allah menyeru
(manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang
dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam). (QS. 10:24-25)
vi. Selalu mengingat bahaya hasad bagi kehidupan dunia dan akheratnya.
vii. Selalu mencanangkan dalam hatinya kewajiban mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cinta untuk dirinya.
Sehingga tidak merasa panas melihat saudaranya lebih baik darinya dalam permasalahan dunia. Rasulullah bersabda:
“Tidaklah seorang dari kalian sempurna imannya sampai mencintai untuk
saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya” (Mutafaqun Alaihi).
viii. Berusaha memenuhi hak-hak saudaranya sesama muslim dan mencari teman baik yang mengingatkan dan menasehatinya.
ix. Selalu mengingat kematian dan pembalasan Allah atas kedzoliman dan kerusakan yang ditumbulkan hasad tersebut.
x. Mengingat keutamaan zuhud dan lapang dada terhadap nikmat
yang Allah anugrahi kepada orang lain serta kewajiban bersyukur
terhadap nikmat yang dianugrahkan kepadanya.
Sebab semua ini akan menimbulkan sifat qana’ah dan kaya diri. Sifat
qana’ah dan kaya diri ini yang akan membawanya kepada sifat iffah dan
takwa.
Footenote:
[1] Hadits ini didhaifkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah
dalam Silsilah Al-Ahadits Adl-Dha’ifah no. 1902, karena dalam sanadnya
ada kakek Ibrahim bin Abi Usaid yang majhul (tidak dikenal)
Dari: http://ibnuabbaskendari.wordpress.com/2010/02/15/hindarilah-sifat-hasad/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar