Laman

Minggu, 10 November 2013

Sejarah Sarung Dan Filosofinya

 Menurut catatan sejarah, sarung berasal dari Yaman. Di negeri itu sarung biasa disebut "futah". Sarung juga dikenal dengan nama "izaar", wazaar atau ma'awis. Masyarakat di negara Oman menyebut sarung dengan nama wizaar. Orang Arab Saudi mengenal dengan nama izaar. Penggunaan sarung telah meluas, tak hanya di Semenanjung Arab, namun juga mencapai Asia Selatan, Asia Tenggara, Afrika, hingga Amerika dan Eropa.

   Dalam Ensiklopedia Britanica, disebutkan, sarung telah menjadikan pakaian tradisional masyarakat Yaman. Sarung diyakini telah diproduksi dan digunakan masyarakat tradisional Yaman sejak zaman dulu. Hingga kini, tradisi itu masih tetap melekat kuat. Bahkan, sampai saat ini, futah atau sarung Yaman menjadi salah satu oleh-oleh khas tradisional dari Yaman. Orang-orang yang berkunjung ke Yaman biasanya tidak lupa membeli sarung sebagai buah tangan untuk para kerabatnya.

   Sarung awalnya digunakan oleh suku badui yang tinggal di Yaman. Sarung dari Yaman itu berasal dari kain putih yang dicelupukan ke dalam Neel yaitu bahan pewarna yang berwarna hitam. Sarung dari Yaman terdiri dari beberapa variasi, diantara model assafi, al-kada, dan annaqshah. Hingga kini, para pekerja modern di Yaman masih banyak yang menggunakan sarung. Para petugas keamanan di Yaman bisa mengenakan sarung sebagai pakaian dinasnya. Orang-orang yaman tidak menggunakn sarung sampai mata kaki seperti masyarakat Indonesia.

   Sarung juga telah menjadi salah satu pakaian penting dalam tradisi Islam di Indonesia. tradisi menggunakn sarung di Tanah Air terbesar di berbagai wilaya. Pria Muslim di Indonesia biasa menggunakan sarung untuk keperluan ibadah, upacara perkawinan maupaun acara adat. kain sarung terbuat dari berbagai macam bahan, baik berupa katun maupun polister. sedangkan motifnya bermacam-macam baik garis vertikal, horisontal, maupun kotak-kotak dengan warna yang beraneka ragam seperti merah, biru, hijau, putih, maupun hitam.

   Tradisi menggunakan sarung di Indonesia bisa jadi mulai berkembang setelah masuknya ajaran Islam yang dibawa para saudagar dari arab, khususnya Yaman. Sarung juga merupakan pakaian tradisional para nelayan Arab yang berasal dari teluk Persia, Samudra Hindi, maupun laut sejak dulu. Sarung juga digunakan oleh Oarang-orang Turki sebagai baju tidur pada abad pertengahan. sebenarnya di dunia Arab, sarung bukanlah pakaian yang diidentikan untuk melakukan ibadah seperti sholat. Di Indonesia, sarung menjadi salah satu pakaian kehormatan dan menunjukkan nilai kesopanan yang tinggi.

   Tak heran jika sebagai masyarakat Indonesia sering mengenakan sarung untuk sholat di masjid. Laki-laki mengenakan atasan baju koko dan bawahan sarung untuk sholat, begitu pula wanita mengenakan atasanya mukena dan bawahan sarung untuk sholat. Sarung dipakai berbagai kalangan baik anak-anak, remaja, maupun orang tua dan tidak mengenal ras maupun golongan, baik kaya maupun miskin. Yang jelas, sarung telah menjadi pakaian ciri khas umat islam Tanah Air. Sarung tak hanya berlaku kalangan santri pondok pesantren saja, tapi seluruh lapisan masyarakat juga sudah familiar dan akrab dengan sarung.
  
Mengapa motif sarung kotak-kotak?
 

Nilai filosofis motif sarung kotak-kotak mengartikan, setiap melangkah baik ke kanan, kiri, atas ataupun bawah, akan ada konsekuensinya. Lihat gradasi bermotif papan catur seperti sarung bali. Saat kita berada di titik putih, melangkah ke manapun, perbedaan menghadang. Sedangkan cara amannya adalah melangkah secara gontai ke arah diagonal. Dampaknya, bukannya maju ke depan malahan menjauhi target. Jadi orang yang berani menghadang cobaan adalah orang yang akan cepat menuai harapannya.

disarikan dari: http://infotembalang.com/info/read/asal-usul-sarung dan http://www.apakabardunia.com/2013/07/asal-muasal-kain-sarung.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar