(Nama lengkap beliau)
Seorang ahli sejarah Islam, Ibnul Imad menyebutkan tentang nama dan masa hidup Syaikh Abdul Qadir Al-Jailany: “Pada tahun 561 H hiduplah Asy-Syaikh Abdul Qadir bin Abi Sholeh bin Janaky Dausat bin Abi Abdillah Abdullah bin Yahya bin Muhammad bin Dawud bin Musa bin Abdullah bin Musa Al-Huzy bin Abdullah Al-Himsh bin Al-Hasan bin Al-Mutsanna bin Al-Hasan bin Ali bin Abi Tholib Al-Jailany”. (Lihat Syadzarat Adz-Dzahab (4/198) oleh Ibnul Imad Al-Hanbaly)
Seorang ahli sejarah Islam, Ibnul Imad menyebutkan tentang nama dan masa hidup Syaikh Abdul Qadir Al-Jailany: “Pada tahun 561 H hiduplah Asy-Syaikh Abdul Qadir bin Abi Sholeh bin Janaky Dausat bin Abi Abdillah Abdullah bin Yahya bin Muhammad bin Dawud bin Musa bin Abdullah bin Musa Al-Huzy bin Abdullah Al-Himsh bin Al-Hasan bin Al-Mutsanna bin Al-Hasan bin Ali bin Abi Tholib Al-Jailany”. (Lihat Syadzarat Adz-Dzahab (4/198) oleh Ibnul Imad Al-Hanbaly)
(Tempat kelahiran beliau)
Asy-Syaikh Abdul Qadir Al-Jailany adalah salah seorang ulama ahlusunnah yang berasal dari negeri Jailan. Kepada negeri inilah beliau dinasabkan sehingga disebut “Al-Jailany”, artinya seorang yang berasal dari negeri Jailan.Jailan merupakan nama bagi beberapa daerah yang terletak di belakang Negeri Thobaristan. Tidak ada satu kota pun terdapat di negeri Jailan kecuali ia hanya merupakan bentuk perkampungan yang terletak pada daerah tropis di sekitar pegunungan. (Lihat Mu’jam Al-Buldan (4/13-16) Oleh Abu Abdillah Yaqut bin Abdillah Al-Hamawy)
Asy-Syaikh Abdul Qadir Al-Jailany adalah salah seorang ulama ahlusunnah yang berasal dari negeri Jailan. Kepada negeri inilah beliau dinasabkan sehingga disebut “Al-Jailany”, artinya seorang yang berasal dari negeri Jailan.Jailan merupakan nama bagi beberapa daerah yang terletak di belakang Negeri Thobaristan. Tidak ada satu kota pun terdapat di negeri Jailan kecuali ia hanya merupakan bentuk perkampungan yang terletak pada daerah tropis di sekitar pegunungan. (Lihat Mu’jam Al-Buldan (4/13-16) Oleh Abu Abdillah Yaqut bin Abdillah Al-Hamawy)
(Komentar para ulama tentang beliau)
Para ulama memberikan pujian kepada Syaikh Abdul Qadir Al-Jailany. Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Syaikh Abdul Qadir Al-Jailany termasuk orang yang berpegang-teguh dengan sunnah dalam masalah-masalah yang berkaitan dengan sifat-sifat Allah, Qodar, dan semisalnya, bersungguh-sungguh dalam membantah orang yang menyelisihi perkara tersebut. Syaikh Abdul Qadir Al-Jailany berkata dalam kitabnya Al-Ghun-yah yang masyhur: [Allah berada di bagian atas langit, bersemayam di atas Arsy, menguasai kerajaan, ilmu-Nya meliputi segala sesuatu, kepada-Nya lah naik kata-kata yang baik dan amalan sholeh diangkatnya. Dia mengatur segala urusan dari langit ke bumi, lalu urusan itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang sama dengan seribu tahun menurut perhitungan kalian.Tidak boleh Allah disifatkan bahwa Dia ada di segala tempat. Bahkan Dia di atas langit, di atas Arsy sebagaimana Allah berfirman, “Ar-Rahman (Allah) tinggi di atas Arsy”.
Para ulama memberikan pujian kepada Syaikh Abdul Qadir Al-Jailany. Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Syaikh Abdul Qadir Al-Jailany termasuk orang yang berpegang-teguh dengan sunnah dalam masalah-masalah yang berkaitan dengan sifat-sifat Allah, Qodar, dan semisalnya, bersungguh-sungguh dalam membantah orang yang menyelisihi perkara tersebut. Syaikh Abdul Qadir Al-Jailany berkata dalam kitabnya Al-Ghun-yah yang masyhur: [Allah berada di bagian atas langit, bersemayam di atas Arsy, menguasai kerajaan, ilmu-Nya meliputi segala sesuatu, kepada-Nya lah naik kata-kata yang baik dan amalan sholeh diangkatnya. Dia mengatur segala urusan dari langit ke bumi, lalu urusan itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang sama dengan seribu tahun menurut perhitungan kalian.Tidak boleh Allah disifatkan bahwa Dia ada di segala tempat. Bahkan Dia di atas langit, di atas Arsy sebagaimana Allah berfirman, “Ar-Rahman (Allah) tinggi di atas Arsy”.
Kitab Al-Ghun-yah di atas, judul lengkapnya
adalah: “Ghun-yah Ath-Tholibin” sebagaimana yang disebutkan oleh Al-Azhim Abadi
dalam Aunul Ma’bud (3/300), dan Al-Mubarakfury dalam Tuhfah Al-Ahwadzi
(7/430) Imam Muwaffaquddin Ibnu Qudamah berkata, “Kami masuk Baghdad
tahun 561 H. Ternyata Syaikh Abdul Qadir termasuk orang yang mencapai puncak
kepemimpinan dalam ilmu , harta, fatwa dan amal disana. Penuntut ilmu tidak
perlu lagi menuju kepada yang lainnya karena banyaknya ilmu, kesabaran terhadap
penuntut ilmu, dan kelapangan dada pada diri beliau. Orangnya berpandangan
jauh. Beliau telah mengumpulkan sifat-sifat yang bagus, dan keadaan yang agung.
Saya tak melihat ada orang yang seperti beliau setelahnya.” (Lihat Dzail
Thobaqot Hanabilah (1/293) karya Ibnu Rajab.)
Kehebatan-kehebatan yang dinisbatkan kepada
beliau Adapun khurafat yang biasa dinisbahkan kepada beliau sebagaimana yang
telah kami sebutkan contohnya di atas, maka Al-Hafizh Ibnu Rajab Rahimahullah
berkata: “Akan tetapi Al-Muqri’ Abul Hasan Asy-Syanthufi Al-Mishri telah
mengumpulkan berita-berita, dan keistimewaan Syaikh Abdul Qadir Al-Jailany
sebanyak tiga jilid. Ia telah menulis di dalamnya suatu musibah, dan cukuplah
seseorang itu dikatakan berdusta jika ia menceritakan segala yang ia dengar. ….
Di dalamnya terdapat keanehan, malapetaka, pengakuan dusta, dan ucapan batil,
yang tak bisa lagi dihitung. Semua itu tak bisa dinisbahkan kepada Syaikh Abdul
Qadir Al-Jailany rahimahullah. Kemudian saya mendapatkan Al-Kamal Ja’far
Al-Adfawy telah menyebutkan bahwa Asy-Syanthufi sendiri tertuduh dusta dalam
berita yang ia riwayatkan dalam kitab ini.” (Lihat Dzail Thobaqot Hanabilah
(1/293) karya Ibnu Rajab)
Ibnu Katsir Rahimahullah berkata: “Mereka
telah menyebutkan dari beliau (Abdul Qadir Al-Jailany) ucapan-ucapan,
perbuatan-perbuatan, pengungkapan urusan gaib, yang kebanyakannya adalah ghuluw
(sikap berlebih-lebihan). Beliau orangnya sholeh dan wara’. Beliau telah
menulis kitab Al-Ghun-yah, dan Futuh Al-Ghaib. Dalam kedua kitab ini terdapat
beberapa perkara yang baik, dan ia juga menyebutkan di dalamnya hadits-hadits
dha’if, dan palsu. Secara global, ia termasuk di antara pemimpin para masyayikh
(orang-orang yang berilmu)”. (Lihat Al-Bidayah wa An-Nihayah (12/252) oleh
Ibnu Katsir)
Kesimpulannya: Asy-Syaikh Abdul Qadir
Al-Jailani adalah seorang ulama ahlussunnah wal jamaah, salafi. Mempunyai
karya-karya ilmiah di antaranya kitab Al-Ghun-yah dalam masalah tauhid Al-Asma`
wa Ash-Shifat, yang di dalamnya beliau menjelaskan tentang akidah ahlussunnah.
Sebagian ulama belakangan menyebutkan bahwa memang beliau mempunyai beberapa
karamah, hanya saja sebagian orang-orang jahil lagi ghulum kepada beliau
terlalu memperbesar-besar kejadiannya dan banyak menambah kisah-kisah palsu
lagi dusta lalu menyandarkannya kepada beliau -rahimahullah-. Wallahu
a’lam bishshawab
Ringkasan dari muqaddimah tulisan Al-Ustadz Abu
Faizah Abdul Qadir yang berjudul Biografi Abdul Qadir Al-Jailani Sebuah sosok
yang dikultuskan ahli tasawwuf
Sumber: http://al-atsariyyah.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar