Isbal
artinya menjulurkan pakaian melebihi mata kaki. Isbal terlarang dalam
Islam, hukumnya minimal makruh atau bahkan haram. Banyak sekali dalil
dari hadits Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam yang mendasari hal ini. Dalil seputar masalah ini ada dua jenis:
Pertama, mengharamkan isbal jika karena sombong.
Nabi shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda:
Pertama, mengharamkan isbal jika karena sombong.
Nabi shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda:
من جر ثوبه خيلاء ، لم ينظر الله إليه يوم القيامة . فقال أبو بكر : إن
أحد شقي ثوبي يسترخي ، إلا أن أتعاهد ذلك منه ؟ فقال رسول الله صلى الله
عليه وسلم : إنك لن تصنع ذلك خيلاء . قال موسى : فقلت لسالم : أذكر عبد
الله : من جر إزاره ؟ قال : لم أسمعه ذكر إلا ثوبه
“Barangsiapa
menjulurkan pakaiannya karena sombong, tidak akan dilihat oleh Allah
pada hari kiamat. Abu Bakar lalu berkata: ‘Salah satu sisi pakaianku
akan melorot kecuali aku ikat dengan benar’. Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: ‘Engkau tidak melakukan itu karena
sombong’.Musa bertanya kepada Salim, apakah Abdullah bin Umar
menyebutkan lafadz ‘barangsiapa menjulurkan kainnya’? Salim menjawab,
yang saya dengan hanya ‘barangsiapa menjulurkan pakaiannya’. ”. (HR.
Bukhari 3665, Muslim 2085)
بينما رجل يجر إزاره من الخيلاء خسف به فهو يتجلجل في الأرض إلى يوم القيامة.
“Ada seorang lelaki yang kainnya terseret di tanah karena sombong.
Allah menenggelamkannya ke dalam bumi. Dia meronta-ronta karena tersiksa
di dalam bumi hingga hari Kiamat terjadi”. (HR. Bukhari, 3485)
لا ينظر الله يوم القيامة إلى من جر إزاره بطراً
“Pada hari Kiamat nanti Allah tidak akan memandang orang yang menyeret kainnya karena sombong” (HR. Bukhari 5788)
Kedua, hadits-hadits yang mengharamkan isbal secara mutlak baik karena sombong ataupun tidak.
Nabi shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda:
Nabi shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda:
ما أسفل من الكعبين من الإزار ففي النار
“Kain yang panjangnya di bawah mata kaki tempatnya adalah neraka” (HR. Bukhari 5787)
ثلاثة لا يكلمهم الله يوم القيامة ولا ينظر إليهم ولا يزكيهم ولهم عذاب أليم المسبل والمنان والمنفق سلعته بالحلف الكاذب
“Ada tiga jenis manusia yang tidak akan diajak biacar oleh Allah pada
hari Kiamat, tidak dipandang, dan tidak akan disucikan oleh Allah. Untuk
mereka bertiga siksaan yang pedih. Itulah laki-laki yang isbal, orang
yang mengungkit-ungkit sedekah dan orang yang melariskan barang
dagangannya dengan sumpah palsu”. (HR. Muslim, 106)
لا تسبن أحدا ، ولا تحقرن من المعروف شيئا ، ولو أن تكلم أخاك وأنت منبسط إليه وجهك ، إن ذلك من المعروف ، وارفع إزارك إلى نصف الساق ، فإن أبيت فإلى الكعبين ، وإياك وإسبال الإزار ؛ فإنه من المخيلة ، وإن الله لا يحب المخيلة
“Janganlah kalian mencela orang lain. Janganlah kalian meremehkan
kebaikan sedikitpun, walaupun itu hanya dengan bermuka ceria saat bicara
dengan saudaramu. Itu saja sudah termasuk kebaikan. Dan naikan kain
sarungmu sampai pertengahan betis. Kalau engkau enggan, maka sampai mata
kaki. Jauhilah isbal dalam memakai kain sarung. Karena isbal itu adalah
kesombongan. Dan Allah tidak menyukai kesombongan” (HR. Abu Daud 4084,
dishahihkan Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Daud)
مَرَرْتُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَفِي إِزَارِي اسْتِرْخَاءٌ فَقَالَ: يَا عَبْدَ اللَّهِ ارْفَعْ إِزَارَكَ! فَرَفَعْتُهُ. ثُمَّ قَالَ: زِدْ! فَزِدْتُ. فَمَا زِلْتُ أَتَحَرَّاهَا بَعْدُ. فَقَالَ بَعْضُ الْقَوْمِ: إِلَى أَيْنَ؟ فَقَالَ: أَنْصَافِ السَّاقَيْنِ
“Aku (Ibnu Umar) pernah melewati Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam, sementara kain sarungku terjurai (sampai ke tanah).
Beliau pun bersabda, “Hai Abdullah, naikkan sarungmu!”. Aku pun
langsung menaikkan kain sarungku. Setelah itu Rasulullah bersabda,
“Naikkan lagi!” Aku naikkan lagi. Sejak itu aku selalu menjaga agar
kainku setinggi itu.” Ada beberapa orang yang bertanya, “Sampai di mana
batasnya?” Ibnu Umar menjawab, “Sampai pertengahan kedua betis.” (HR.
Muslim no. 2086)
Dari Mughirah bin Syu’bah Radhiallahu’anhu beliau berkata:
رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم أخذ بحجزة سفيان بن أبي سهل فقال يا سفيان لا تسبل إزارك فإن الله لا يحب المسبلين
“Aku melihat Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam mendatangu kamar
Sufyan bin Abi Sahl, lalu beliau berkata: ‘Wahai Sufyan, janganlah
engkau isbal. Karena Allah tidak mencintai orang-orang yang musbil’”
(HR. Ibnu Maajah no.2892, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni
Maajah)
Dari dalil-dalil di atas, para ulama sepakat haramnya isbal
karena sombong dan berbeda pendapat mengenai hukum isbal jika tanpa
sombong. Syaikh Alwi bin Abdil Qadir As Segaf berkata:
“Para ulama bersepakat tentang haramnya isbal karena sombong, namun mereka berbeda pendapat jika isbal dilakukan tanpa sombong dalam 2 pendapat:
“Para ulama bersepakat tentang haramnya isbal karena sombong, namun mereka berbeda pendapat jika isbal dilakukan tanpa sombong dalam 2 pendapat:
Pertama, hukumnya boleh disertai ketidak-sukaan (baca: makruh), ini
adalah pendapat kebanyakan ulama pengikut madzhab yang empat.
Kedua,
hukumnya haram secara mutlak. Ini adalah satu pendapat Imam Ahmad, yang
berbeda dengan pendapat lain yang masyhur dari beliau. Ibnu Muflih
berkata : ‘Imam Ahmad Radhiallahu’anhu Ta’ala berkata, yang panjangnya
di bawah mata kaki tempatnya adalah neraka, tidak boleh menjulurkan
sedikitpun bagian dari pakaian melebihi itu. Perkataan ini zhahirnya
adalah pengharaman’ (Al Adab Asy Syari’ah, 3/492). Ini juga pendapat
yang dipilih Al Qadhi ‘Iyadh, Ibnul ‘Arabi ulama madzhab Maliki, dan
dari madzhab Syafi’i ada Adz Dzahabi dan Ibnu Hajar Al Asqalani
cenderung menyetujui pendapat beliau. Juga merupakan salah satu
pendapat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, pendapat madzhab Zhahiriyyah,
Ash Shan’ani, serta para ulama di masa ini yaitu Syaikh Ibnu Baaz, Al
Albani, Ibnu ‘Utsaimin. Pendapat kedua inilah yang sejalan dengan
berbagai dalil yang ada.
Dan kewajiban kita bila ulama berselisih
yaitu mengembalikan perkaranya kepada Qur’an dan Sunnah. Sebagaimana
firman Allah Ta’ala:
فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
“Jika kamu
berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah
(Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya” (QS. An Nisa: 59)
Dan dalil-dalil yang mengharamkan secara mutlak sangat jelas dan tegas”
(Sumber : http://www.dorar.net/art/144 )
(Sumber : http://www.dorar.net/art/144 )
Jadi Islam melarang isbal, baik larangan sampai tingkatan haram atau
tidak. Tapi sungguh disayangkan larangan ini agaknya sudah banyak tidak
diindahkan lagi oleh umat Islam. Karena kurang ilmu dan perhatian mereka
terhadap agamanya. Lebih lagi, adanya sebagian oknum yang menebarkan
syubhat (kerancuan) seputar hukum isbal sehingga larangan isbal menjadi
aneh dan tidak lazim di mata umat. Berikut ini beberapa syubhat
tersebut:
Dari artikel 'Syubhat Seputar Larangan Isbal — Muslim.Or.Id'
(Nahimunkar.com)
Dari artikel 'Syubhat Seputar Larangan Isbal — Muslim.Or.Id'
(Nahimunkar.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar