Termasuk
hal yang mengherankan, ada sebagian saudara kita yang melarang – atau
bahkan mencela – pemakaian peci hitam sebagaimana lazim dipakai penduduk
negeri kita. Padahal telah menjadi pengetahuan jamak bahwa peci hitam
merupakan salah atribut pakaian kaum muslimin negeri kita. Tidak ada
pula dalil yang melarangnya. Peci hitam tidak ubahnya seperti peci
putih, hijau, biru, atau warna-warna yang lainnya.
Apakah peci hitam itu dilarang karena warna hitamnya ?. Jika inii alasannya, maka salah satu sifat ‘imamah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah berwarna hitam sebagaimana riwayat :
حدثنا
عَلِيُّ بْنُ حَكِيمٍ الْأَوْدِيُّ، أَخْبَرَنَا شَرِيكٌ، عَنْ عَمَّارٍ
الدُّهْنِيِّ، عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ:
أَنّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ يَوْمَ فَتْحِ مَكَّةَ، وَعَلَيْهِ عِمَامَةٌ سَوْدَاءُ "
Telah
menceritakan kepada kami ‘Aliy bin Hakiim Al-Audiy : Telah
mengkhabarkan kepada kami Syariik, dari ‘Ammaar Ad-Duhniy, dari
Abuz-Zubair, dari Jaabir bin ‘Abdillah : Bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam memasuki pada hari penaklukan Makkah dengan memakai ‘imaamah (surban) berwarna hitam [Diriwayatkan oleh Muslim no. 1358].
Bahkan para ulama kita terdahulu telah ada yang memakai peci berwarna hitam. ‘Abdurrahmaan bin Muhammad bin Al-Mughiirah rahimahullah berkata :
رأيت أبا حنيفة شيخاً يفتي الناس بمسجد الكوفة عليه قلنسوة سوداء طويلة
“Aku
pernah melihat Abu Haniifah seorang syaikh yang memberikan fatwa kepada
manusia di Masjid Kuufah, dimana (waktu itu) ia memakai peci hitam
panjang” [Siyaru A’laamin-Nubalaa’, 6/399].
حدثنا
أَبُو مُسْهِرٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا صَدَقَةُ بْنُ خَالِدٍ، قَالَ: "
رَأَيْتُ عَلَى الْأَوْزَاعِيِّ قَلَنْسُوَةً سَوْدَاءَ فِي أَيَّامِ ابْنِ
سُرَاقَةَ "
Telah
menceritakan kepada kami Abu Mus-hir, ia berkata : Telah menceritakan
kepada kami Shadaqah bin Khaalid, ia berkata : “Aku pernah melihat
Al-Auza’iy memakai peci hitam pada peristiwa Ibnu Suraaqah”
[Diriwayatkan oleh Abu Zur’ah dalam Taariikh-nya no. 368 & 2319; shahih].
أَخْبَرَنَا
الْفَضْلُ بْنُ دُكَيْنٍ، قَالَ: " كُنْتُ إِذَا رَأَيْتُ دَاوُدَ
الطَّائِيَّ لا يُشْبِهُ الْقُرَّاءَ، عَلَيْهِ قَلَنْسُوَةٌ سَوْدَاءُ
طَوِيلَةٌ مِمَّا يَلْبَسُ التُّجَّارُ
Telah
mengkhabarkan kepada kami Al-Fadhl bin Dukain, ia berkata : “Dulu jika
aku melihat Daawud Ath-Thaa’iy, ia tidak menyerupai qurraa’, karena ia memakai peci hitam panjang yang dipakai para pedagang” [Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’d dalam Ath-Thabaqaat, 6/536; shahih].
Hadits,
penjelasan ulama, dan contoh-contoh di atas semoga dapat menjadi
kejelasan bagi kita tentang diperbolehkannya memakai peci hitam. Bagi
yang lebih senang memakai peci putih haji, ya silakan. Bebas memilihnya.
Ini saja yang dapat dituliskan, semoga ada manfaatnya.
Wallaahu a’lam.disarikan dari: http://abul-jauzaa.blogspot.com/2012/02/siapa-bilang-peci-hitam-dilarang.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar